sebesar apapun seseorang mengerti perasaan dan harapanmu. tidak ada yang lebih mengerti selain dirimu sendiri. aku hanya berharap kita dapat berkomunikasi dengan baik. karena sebesar apapun rasa cintaku padamu, aku tak dapat membaca fikiranmu satu rasa pun. aku ingin kita dapat berjalan bersama dengan penuh kenyamanan dan komunikasi yang menyenangkan.
tahukah dirimu bahwa aku sangat tersiksa dengan dinginnya sikapmu, sakitnya menembus tulang di seluruh jiwaku. bahkan aku tak pernah percaya bahwa panas api cintaku tak mampu melelehkan selimut salju yang membekukan hatimu. dan ketika aku benar-benar tak mampu mengimbangi kesenjangan sikap ini, aku akan menjadi dingin sepertimu. bahkan kita membeku bersama dan tak kan pernah berbuat apa-apa lagi. memandang pun kita tak akan mampu melakukannya.
jika sudah di ujung rasa cinta yang mati. kita hanya menjadi arang yang terbui di ujung bara. bahkan kita tak akan mampu bermimpi, bersama terbaring di padang bunga yang tak berujung di bawah sinar matahari yang ramah. melihat awan putih bagai singgasana bidadari yang sangat megah, dan kadang kau berkata “…lihatlah awan itu, begitu elok bentuknya…itu adalah imajinasi yang pernah kau katakan…aku memikirkan itu sebagai bentuk hati, dan mungkin seperti hatimu yang selalu mencintai..dan ku harap, yang selalu kau cintai adalah diriku…”
Nur Singgih
Nur Singgih 